Seorang Ibu tua dan seorang anaknya dengan penuh semangat sedang menjajakan nasi bungkus daun pisang
Saat itu petang menjelang dengan tergesa-gesa. Sinar cahaya dari lampu jalan tak cukup mampu menerangi dagangannya. Lalu lalang derap langkah kaki kerumunan orang dan kendaraan datang silih berganti. Siapa pula yang tertarik membeli?
Namun, mereka berdua silih ber
ganti menyapa dan menawarkan dagangannya.
"Ibu, mengapa Ibu yakin ada yang ingin membeli dagangan Ibu"
"Lalu bagaimana Ibu bisa menjajakan barang di keremangan dan suasana yang sedemikian riuhnya seperti ini?"
Dengan sederhana Ibu itu menjawab, "Ibu tak pernah kehilangan harapan," begitu jawabnya.
"Itulah satu-satunya yang membuat Ibu tetap semangat. Ibu tak tahu apa
dan bagaimana membesarkan usaha ini, namun Ibu hanya tahu harapan takkan
pernah meninggalkan Ibu bila Ibu terus menggengamnya"
Ah, ungkapan
yang begitu lugu dan menyentil ruang kesadaran hati. Belajar dari sebuah
filosofi yang sederhana dan syarat dengan makna, semestinya kita
berterima kasihlah pada orang-orang papa yang mampu memberikan teladan
dan menebarkan harapan perbaikan hidup pada kita. Mereka bagaikan tiang
penyangga yang mampu menahan langit dari keruntuhan. Dan mereka bagaikan
peredup terik mentari kehidupan yang adakalanya hidup terasa panas
membakar.
Seorang guru yang bijak akan berkata, sebuah harapan
akan memampukan seorang Ibu menyusui anaknya, dengan harapan mempu
mendorong kita menanam benih kebaikan suatu saat nanti sempat atau pun
tidak kita petik buahnya yang ranumnya. Dengan harapan seorang cacat
mampu menggapai prestasinya, dengan harapan seorang tua renta mampu
membesarkan anak-anaknya hingga berhasil, dan dengan harapan sebuah
perusahaan mampu terus mengembangkan sayap usahanya.
Pahamilah
bila kita kehilangan harapan meski sekali saja, sama artinya kita
kehilangan kekuatan kita untuk menghadapi dunia ini.
Tulislah
berjuta harapan dalam lembaran putih dengan tinta pena keinginan dan
kesungguhan hati kita. Bawalah gengaman harapan bersama setiap detak
langkah menggapai kenyataan. Niscaya kita kan takjub karenanya ketika
harapan dan kenyataan begitu erat kita genggam dan raih.
(Maaf, Asha copas dari tetangga sebelah.... Semoga bisa diambil hikmahnya)
Gumawo.... ^___^
(Maaf, Asha copas dari tetangga sebelah.... Semoga bisa diambil hikmahnya)
Gumawo.... ^___^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar